Keahlian menenun adalah keahlian turun-temurun yang diwariskan pada hampir setiap perempuan di NTT. Di beberapa daerah, setiap perempuan bahkan diwajibkan memiliki kemampuan menenun saat mereka menginjak usia dewasa. Berkat konsistensi para perempuan di NTT, warisan budaya ini tetap ada sampai sekarang.
Karena keterbatasan akses informasi, banyak penenun hanya menjual kain mahakarya mereka di pasar yang paling dekat dengan rumah saja. Tentu saja pembeli yang masuk ke pasar tersebut hanya warga lokal yang kebanyakan dari mereka juga bisa menenun. Sehingga penghasilan penenun di beberapa daerah tidaklah besar. Apalagi jika dibandingkan dengan waktu yang mereka habiskan untuk menenun setiap helai kainnya.
Tenun.in hadir sebagai social enterprise yang memberdayakan mama-mama penenun di NTT. Bersama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Kami mewadahi penenun dengan membuatkan kelompok pemberdayaan, menyediakan fasilitas dan infrastruktur pembuatan kain tenun, serta memberikan pembinaan seputar kualitas produk, pengembangan produk turunan, kewirausahaan dan pemasaran. Kami berharap mama-mama penenun dapat lebih berdaya dengan menghasilkan kain tenun yang berkualitas dan membuatnya menjadi produk-produk yang bernilai dan diminati pasar lokal, nasional, maupun internasional.
“Dengan mimpi melestarikan budaya Indonesia, kami ingin memberdayakan 1000 penenun pedalaman Nusa Tenggara Timur, hingga memperkenalkan tenun sebagai budaya Indonesia yang dapat mendunia tanpa meninggalkan nilai etnis dan budayanya.”
Saat ini Tenun.in telah memberdayakan 193 penenun di Alor, Sumba, Ende, dan Belu – NTT, meningkatkan pendapatan bulanan lebih dari 40%, serta produknya telah dipasarkan di skala nasional dan internasional seperti menjadi official merchandise MotoGP Mandalika, souvenir resmi BUMN Kemenkeu untuk Dubai Ekspo, dan sebagainya.